Select Page

panen

Ngawi – Usai panen raya di Desa Teguhan, Kecamatan Paron. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir didampingi PJ Bupati Ngawi Drs. Sudjono, MM kembali melakukan kegiatan serupa di Desa Guyung, Kecamatan Gerih, Sabtu (31/10).

Kali ini, Mesristek Dikti melakuakan panen raya padi organik seluas 31 Ha milik kelompok tani yang tergabung dalam wadah Komunitas Ngawi Organik Center (KNOC) yang merupakan binaan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Universitas Sebelas Maret, Kodim 0805 dan Dukungan BI perwakilan Kediri.

Dalam kesempatan tersebut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir mengatakan jika para petani mengikuti perkembangan teknologi, pasti akan berupaya meningkatkan nilai tambahnya. Pejabat asli Ngawi tersebut memberikan beberapa penelitian yang dapat meningkatkan ekonomi bagi para petani.

Seperti apa yang diterapkan pada siang hari ini, yaitu dengan padi organik para petani sudah tidak dipusingkan lagi masalah pendistribusian pupuk yang selama ini masih carut-marut. sekaligus menekan biaya produksi yang dapat diganti dengan limbah rumah tangga maupun kotoran sapi dan hasilnya setiap kilogram berasnya jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan anorganik. “dua kali lebih dari pada harga padi anorganik”.

Lebih lanjut, jerami padi yang selama ini tidak terpakai, bisa disilase atau diasamkan akan menjadi pakan sapi yang bernilai gizi tinggi yang dapat menambah berat badan sapi. Selain itu, dengan cara rekayasa genetik, “sapi yang biasanya beratnya 250 kg setelah direkayasa genetiknya, anaknya bisa mencapai berat 550-600 kg. sehingga dari hasil tersebut maka akan terjadi nilai tambah yang luar biasa, tegasnya.

Menristek menambahkan, packaging menjadi hal terakir yang dapat menambah nilai ekonomis suatu produk. “packagingnya harus baik, jangan hanya sekedar di packaging, contoh gula yang diiket dengan karet dibandingkan dengan gula yang ada di supermarket, harganya akan berbeda cuma  karna beda kemasan”.

Sementara PJ Bupati Ngawi Drs. Sudjono, MM dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa KNOC yang dirintis oleh Bupati Harsono sejak tahun 2002 telah mampu memproduksi padi organik yang telah bersertifikat SNI. Dengan beranggotakan 627 orang yang lulus SNI 49 orang dengan luas 25 Ha. Pada tahun 2015 KNOC telah mengajukan tambahan luas tanam 6 Ha di desa kletekan, kec. Jogorogo. Kemudian untuk tahun 2016 lebih dari 20 Ha.

Lebih lanjut Pejabat asal Nganjuk tersebut mengatakan bahwa untuk pemasaran padi organik masih mempunyai prospek dan peluang yang cukup besar baik di dalam maupun luar negeri. “saat ini pemasaranya masih terbatas di dalam negeri seperti Supermarket Tiara, Luwes, Carefour dibeberapa kota seperti Madiun, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo dan kota-kota lain di Jawa Timur.

Harapan kedepan, Pemerintah akan berupaya mengembangkan produk yang telah ada serta mempertahankan ngawi sebagai lumbung padi nasional. “mari kita pertahankan predikat ngawi sebagai lumbung padi nasional ini, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat petani di ngawi khususnya, “ tegasnya.